Definisi Arsitektur Tradisional Bali :
Bale Dangin, salah satu wujud arsitektur tradisional Bali asli |
Arsitektur Tradisional Bali adalah suatu langgam arsitektur tradisional yang lahir di atas landasan konsep spiritual Hindu di lingkungan adat istiadat di Bali, hampir satu milenium telah mampu mengemban fungsi sebagai wadah kehidupan dan penghidupan masyarakat Bali.
Arsitektur Bali dikenal dunia luar adalah karena keunikannya. Unik tidaklah harus berarti lebih baik daripada yang lain. Dalam penilaian unik terkadang sesuatu maksud bahwa Bali lain dari pada yang lain. Bali mempunyai nilai-nilai khusus yang didaerah lain tidak dijumpai hal tersebut.
Sejatinya, arsitektur Bali terbagi menjadi 2, yaitu Arsitektur Tradisional Bali dan Arsitektur Bali Kekinian (Kontemporer). Arsitektur tradisional Bali merupakan arsitektur Bali yang original berdasarkan pada asta kosala-kosali meliputi bangunan pemukiman dan ibadah. Sedangkan Arsitektur Bali Kontemporer merupakan Arsitektur Bali yang lebih banyak diterapkan ekspresinya (tampilan luar) tanpa mempertimbangkan dari segi konsep maupun filosofinya.
Baca Juga : Mengenal Arsitektur Bali dan Keunikannya Secara Lengkap
Filosofi Arsitektur Tradisional Bali :
Kantor DPRD Buleleng berarsitektur Bali, bentuk penerapan arsitektur Bali di masa kini |
Filosofi arsitektur Bali mengacu pada konsep keseimbangan dengan Sang Pencipta, sesama manusia dan terhadap alam semesta. sehingga dalam pambangunan tradisional juga terdapat ritual penghormatan kepada Sang Pencipta, penghormatan kepada alam dan syukuran pada sesama.
Gaya Arsitektur Bali yang banyak ditirukan oleh arsitek masa kini merupakan penerapan Arsitektur Bali Kontemporer. Yang diterapkan hanya pada ekspresinya saja, meliputi bentuk geometri, ragam hias, material serta furniture. Namun tidak menggunakan konsep asli seperti asta kosala kosali dan asta bhumi.
Baca Juga : Unsur-unsur Tampilan Arsitektur Bali
Dari segi tampilan, arsitektur Bali juga memiliki aturan yang menjadi landasan menampilkan gaya arsitektur Bali. Aturan yang dimaksud adalah menginterpretasikan bagian-bagian tubuh manusia pada elemen bangunan melalui konsep Tri Angga. Konsep Tri Angga brarti tiga bagian badan, yaitu kepala, badan dan kaki. Konsep lainnya yaitu Hulu Teben, Tri Mandala, Tri Hita Karana dan Manik Ring Cucupu.
Baca Juga : Unsur-unsur Tampilan Arsitektur Bali
Dari segi tampilan, arsitektur Bali juga memiliki aturan yang menjadi landasan menampilkan gaya arsitektur Bali. Aturan yang dimaksud adalah menginterpretasikan bagian-bagian tubuh manusia pada elemen bangunan melalui konsep Tri Angga. Konsep Tri Angga brarti tiga bagian badan, yaitu kepala, badan dan kaki. Konsep lainnya yaitu Hulu Teben, Tri Mandala, Tri Hita Karana dan Manik Ring Cucupu.
Dalam wujud arsitektur Bali, yang dimaksud kepala adalah atap, badan merupakan super struktur sedangkan kaki berarti pondasi dan batur (leveling lantai). Dalam penerapan arsitektur Bali Kontemporer, hal ini masih bisa diterapkan karena bagian-bagian tersebut masih ada dalam bangunan modern walapun dengan fungsi yang berbeda.
Arsitektur Bali adalah jenis arsitektur tradisional turun temurun yang dikembangkan dari cara hidup orang Bali, organisasi spasial mereka, hubungan sosial berbasis komunal mereka, serta filosofi dan spiritualitas yang mempengaruhi desainnya. Arsitektur tradisional Bali banyak berpedoman kepada konsep Hindu Bali.
Arsitektur tradisional Bali, menganut hukum bangunan yang ketat dan sakral, memungkinkan banyak ruang terbuka dan terdiri dari halaman luas dengan banyak paviliun kecil, dikelilingi oleh tembok penyengker (pagar) sebagai batas wilayah (batas site). Dasar filosofis dan konseptual yang menggarisbawahi perkembangan arsitektur tradisional Bali meliputi beberapa konsep seperti berikut :
Selain penguasaan artistik dan teknis, semua arsitek Bali (Bali: Undagi) dituntut untuk menguasai konsep-konsep filosofis Bali mengenai bentuk, arsitektur, dan organisasi spasial.
Arsitektur Bali adalah jenis arsitektur tradisional turun temurun yang dikembangkan dari cara hidup orang Bali, organisasi spasial mereka, hubungan sosial berbasis komunal mereka, serta filosofi dan spiritualitas yang mempengaruhi desainnya. Arsitektur tradisional Bali banyak berpedoman kepada konsep Hindu Bali.
Arsitektur tradisional Bali, menganut hukum bangunan yang ketat dan sakral, memungkinkan banyak ruang terbuka dan terdiri dari halaman luas dengan banyak paviliun kecil, dikelilingi oleh tembok penyengker (pagar) sebagai batas wilayah (batas site). Dasar filosofis dan konseptual yang menggarisbawahi perkembangan arsitektur tradisional Bali meliputi beberapa konsep seperti berikut :
- Tri Hita Karana: konsep harmoni dan keseimbangan terdiri dari tiga elemen; atma (manusia), angga (alam), dan khaya (dewa). Tri Hita Karana meresepkan tiga cara yang harus dilakukan manusia untuk memelihara hubungan yang harmonis dengan; sesama manusia, alam, dan Tuhan.
- Tri Mandala: aturan pembagian ruang dan zonasi. Tri Mandala adalah konsep spasial yang menggambarkan tiga bagian dari dunia, dari Nista Mandala - dunia luar dan dunia yang kurang suci, Madya Mandala - dunia menengah menengah, hingga Utama Mandala - alam suci yang lebih dalam dan paling penting.
- Sanga Mandala: juga aturan pembagian ruang dan zonasi. Sanga Mandala adalah konsep spasial mengenai arah yang membagi suatu wilayah menjadi sembilan bagian menurut delapan arah mata angin utama dan pusat (zenith). Sembilan arah mata angin ini terhubung dengan konsep Hindu tentang Penjaga arah, Dewata Nawa Sanga atau sembilan dewa penjaga arah yang muncul dalam lambang Majapahit Surya Majapahit. Mereka; Pusat: Shiva, Timur: Isvara, Barat: Mahadeva, Utara: Wisnu, Selatan: Brahma, Timur Laut: Sambhu, Barat Laut: Sangkara, Tenggara: Mahesora, dan Barat Daya: Rudra.
- Tri Angga: konsepsi hierarki dari mikrokosmos, ranah menengah, dan makrokosmos. Ini juga terhubung ke konsep tri loka berikutnya. [2]
- Tri Loka: juga konsepsi hierarki antara tiga alam bhur (bahasa Sansekerta: bhurloka) alam binatang dan setan yang lebih rendah, bhuwah (bahasa Sansekerta: bhuvarloka) alam tengah manusia, dan swah (Sansekerta: svarloka) alam dewa dan dewa tertinggi.
- Asta Kosala Kosali: delapan pedoman untuk desain arsitektur, yang meliputi bentuk niyasa (simbol) dalam pelinggih (kuil), pepalih (tahapan), unit pengukuran, bentuk dan ukurannya, juga menentukan dekorasi yang sesuai.
- Arga Segara atau Kaja Kelod: sumbu sakral antara. arga atau kaja (gunung) dan segara atau kelod (laut). Wilayah gunung dianggap sebagai parahyangan, tempat tinggal hyang atau dewa, dataran tengah di antaranya adalah dunia manusia, dan laut sebagai dunia monster laut dan setan.
Selain penguasaan artistik dan teknis, semua arsitek Bali (Bali: Undagi) dituntut untuk menguasai konsep-konsep filosofis Bali mengenai bentuk, arsitektur, dan organisasi spasial.
Demikianlah mengenai Langgam Arsitektur Tradisional Bali, semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan.