Dirangkum dari berbagai sumber dijelaskan bahwa unsur tampilan arsitektur Bali banyak dipengaruhi agama dan kepercayaan masyarakat Bali itu senndiri. Beberapa elemen ragam hias sarat akan cerita keagamaan maupun adat istiadat yang berkembang di Bali.
Unsur-unsur Tampilan Arsitektur Bali |
Dalam tipologi bangunan tertentu suatu ornamen tidak boleh ditempatkan sembarangan. Lahirnya ragam hias style Bali juga dipengaruhi oleh tradisi yang berkembang di Bali dan berhubungan dengan sejarah masyarakat Bali sendiri.
Keanekaragaman bentuk ragam hias Bali menyiratkan makna yang mendalam baik secara eksplisif maupun implisif. Ragam hias arsitektur Bali tak hanya menampilkan keindahan dan cita rasa seni semata, namun juga mempunyai fungsi-fungsi lainnya, diantaranya yaitu:
- Elemen dekoratif bangunan
- Penunjang struktur dan konstruksi bangunan
- Simbol status sosial masyarakat
- Menunjukkan fungsi bangunan
Jika dilihat dari sudut pandang Ilmu Arsitektur Modern, maka berikut adalah beberapa hal tentang tampilan arsitektur Bali yang dikutip dari berbagai sumber :
A. Bentuk Geometri
Bentuk geometri yang menjadi ciri khas di Bali adalah penggunaan atap limasan yang merupakan bentuk atap yang sudah digunakan sejak lama di Bali. Sesuai Perwali Kota Denpasar No 25 Tahun 2010 mewajibkan setiap bangunan memakai atap limasan lengkap dengan murda dan ikut celedunya.
Bentuk atap limasan |
Hal inilah yang berimbas pada bentuk geometri bangunan-bangunan di Bali khususnya di Denpasar. Bentuk atap limasan juga dikenal baik beradaptasi dengan lingkungan Bali yang tropis, sementara dari segi filosofi memiliki makna gunung.
Baca juga : Mengenal Arsitektur Bali dan Keunikannya Secara Lengkap
B. Ragam Hias
Ragam hias yang berkembang di Bali banyak dipengaruhi oleh cerita agama dan kepercayaan masyarakat Bali. Dwijendra, N. K. Acwin. 2010. mengklasifikasikan ragam hias Bali Sebagai Berikut :
1) Pepatran (Flora)
Berbagai bentuk motif pepatran Bali |
Ragam hias yang mengambil sebagian atau seluruh bentuk tumbuhan yang diekspresikan dan dirangkai sedemikian rupa dalam bentuk relief atau pahatan kayu. Contohnya : Patra Wangga, Patra Sari, Patra Bun-bunan, Patra Pipid
2) Kekarangan (Fauna)
Berbagai bentuk motif kekarangan Bali |
Ragam hias yang mengambil sebagian atau seluruh bentuk binatang yang dijadikan ukiran, tatahan atau pepulasan. Penerapannya merupakan pendekatan dari keadaan sebenarnya. Hewan-hewan yang dipakai biasanya hewan yang ada hubungannya dengan cerita agama dan kepercayaan masyarakat Bali. Contohnya : Karang Gajah, Karang Guak, Karang Sae
3) Alam
Ragam hias yang menampilkan komponen alam selain flora dan fauna (komponen tak hidup). Umumnya merupakan pelengkap yang menggambarkan kondisi alam sebagai latar belakang/setting relief. Contohnya : Air, Api-apian, Awan, Kekayonan, Bebaturan, Geginan
4) Agama dan Kepercayaan
Merupakan ragam hias yang memasukan unsur-unsur keagamaan, seperti terdapatnya sosok dewa maupun bhuta kala. Ragam hias ini erat kaitannya dengan agama maupun kepercayaan masyarakat Bali. Contoh : Patung dewa/dewi, Patung bhuta kala, Relief cerita pawayangan
5) Ragam Hias Lainnya
Ragam hias selain yang tersebutkan di atas. Umumnya ragam hias ini tidak mewakili bentuk apapun, melainkan hanya permainan geometri murni sebagai ragam hias. Contohnya : Kekupakan, Kencut, Tampu Manggis, Lelengisan, Papalihan, Reruitan
Baca juga : Langgam Arsitektur Tradisional Bali
C. Material
Material pada arsitektur Bali lebih banyak menggunakan material alami. Material alami tersebut seperti alang-alang, kayu dan bambu. Bahan lain yang diambil dari bebatuan adalah paras. Sedangkan material olahan yang cukup banyak digunakan adalah batu bata merah. Di Bali, penggunaan material bata merah telah dilakukan sejak lama, bata dibuat secara tradisional dengan tanah yang dibakar.
Bahan bata merah banyak digunakan untuk membuat tempat suci dan rumah tradisional. Sesuai Perwali Kota Denpasar No 25 Tahun 2010 juga diatur agar setiap bangunan menampilkan finishing bahan khas bali yang salah satunya adalah bata merah.
D. Furniture
Furniture khas Bali yang banyak dijumpai pada rumah-rumah tradisonal merupakan furniture vernakular, yang dibuat sesuai kebutuhan terutama kebutuhan upacara. Namun, pada perkembangannya, ukiran-ukiran mulai masuk dalam pembuatan furniture seperti pembuatan dulang yang diukir, peti, dan pelangkiran. Di masa sekarang juga telah berkembang furniture seperti meja dan kursi yang diukir.
Demikianlah mengenai Unsur-unsur Tampilan Arsitektur Bali, semoga bermanfaat dan terima kasih.