10 Langkah Mendesain Arsitektur yang Responsif terhadap Iklim |
Arsitektur yang Responsif terhadap Iklim artinya arsitektur yang ramah lingkungan dan bekerja secara pasif merespon karakter lingkungan tanpa bermaksud merusak lingkungan di sekitarnya.
Prinsip ini penting untuk mendesain rumah yang nyaman dan hemat energi, terutama untuk di Indonesia dengan iklim tropisnya. Untuk mendesain bangunan yang responsif terhadap iklim, arsitek perlu mempertimbangkan hal-hal berikut sebelum memulai desain arsitektur bangunan:
01 Lakukan analisis site dan analisa lokasi
Arsitek harus melakukan survey site sebelum mulai merancang agar bisa merasakan langsung kondisi site. Mungkin kita bisa membayangkan lewat foto dan peta satelit, namun kita tidak akan tahu bagaimana kondisi sesungguhnya jika tidak melakukan survey langsung. Dalam kondisi tertentu biasanya Arsitek juga harus merasakan berbagai aura dari lokasi pembangunan itu sendiri.Lakukan survey lapangan dan tentukan pola cuaca, iklim, jenis tanah, kecepatan dan arah angin, hari derajat pemanasan, dan jalur matahari. Lihatlah aliran air, habitat, dan geologi pada situs tersebut. Dokumentasikan masing-masing dengan tim profesional untuk memahami konsekuensi bangunan di tempat itu. Ini adalah pendekatan yang mempertimbangkan praktik kelestarian lingkungan terbaik daripada hanya mengandalkan dokumen dan regulasi.
02 Tata letak bangunan di lokasi
Arsitektur yang responsif terhadap iklim dan lingkungan menggunakan proses desain integratif, gunakan massa dasar tata letak bangunan untuk menentukan secara spesifik di lokasi lokasi paling optimal untuk bangunan yang akan ditempatkan.Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan di sini adalah akses ke infrastruktur, setidaknya 30 meter bersih dari daerah aliran sungai, tidak membangun di dataran banjir dan di habitat dengan spesies yang terancam punah. Menanyakan pohon dan fitur geologi apa saja yang harus dihindari atau bagaimana air mengalir melintasi lokasi bangunan.
03 Arsitektur yang responsif pada matahari
Arahkan bangunan berdasarkan arah mata angin. Tujuannya di sini adalah untuk mencari orientasi bangunan terbaik dalam beradaptasi dengan arah datangnya matahari. Utara dan selatan adalah arah yang paling baik untuk membuka jendela sehingga ruangan tidak terlalu panas karena semprotan sinar matahari langsung.04 Area jendela yang sesuai dan jenis kaca berdasarkan orientasi.
Fasad yang menghadap ke utara atau selatan bisa menggunakan kaca tempered bening, namun untuk bukaan ke arah timur dan barat mungkin harus menggunakan kaca sandblast untuk menghindari semprotan matahari langsung. Sementara bukaan jendela untuk pencahayaan alami bisa dihitung minimal 10% dari luas lantai ruangan. Perhitungan masuknya cahaya pada ruangan bisa dilihat pada artikel berikut ini :Baca Juga : Perhitungan Luasan Jendela Sesuai Luas Ruangan
Baca Juga : Ukuran Jendela yang optimal pada Bangunan
05 Desain kulit bangunan bisa bervariasi sesuai wilayah geografis.
Ketika merancang bentuk luar bangunan, faktor-faktor seperti isolasi panas, penghalang uap, dan penghalang udara akan bervariasi sesuai kondisi geografis. Untuk derah tropis seperti Indonesia lebih baik menggunakan kulit bangunan yang masif, dengan bentuk atap yang menyediakan ruang isolasi di bawahnya (atap segitiga, melengkung ke atas adalah pilihan terbaik).06 Meminimalkan jejak kaki gedung pada tanah
Mungkin ini adalah salah satu prinsip desain arsitektur yang ramah lingkungan, yaitu dengan mengangkat bangunan dari tanah sehingga tidak banyak menyita ruang, melainkan hanya kaki-kaki bangunan saja. Hal ini bertujuan untuk membuat area bawah bangunan masih alami, masih bisa melakukan penyerapan air hujan. Rumah panggung, joglo dan rumah gadang menjadi salah satu contoh penerapan arsitektur dengan pijakan minimal ke tanah.07 Desain ventilasi alami
Karena udara hangat bergerak naik, maka sebuah bangunan dapat didinginkan dengan mendesain ventilasi dengan menarik udara dingin dari bukaan rendah dalam bangunan dan membawa panas melalui bukaan di bagian atas ruang. Laju pergerakan udara adalah fungsi jarak vertikal antara lubang masuk dan saluran keluar, ukurannya dan perbedaan suhu di atas ketinggian ruangan. Ini bisa mencegah penghuni mengalami kepanasan di siang hari yang terik.08 Santai standar kenyamanan penghuni
Sebagian besar bangunan di zaman sekarang ini dirancang untuk menjaga penghuninya tetap nyaman beraktivitas di dalam bangunan. Namun tidak ada salahnya menggabungkan ruang dalam dan ruang luar sehingga penghuni mungkin tidak akan merasa bosan dan terkurung di rumah mereka sendiri. Memadukan ruang dalam dengan ruang luar memberi kesempatan untuk menambah pencahayaan dan penghawaan alami pada bangunan.09 Melakukan pemodelan dan analisis
Arsitek di Indonesia mungkin cukup jarang melakukan pemodelan energi, model pencahayaan, studi pencahayaan siang hari, dinamika fluida dll. Padahal semua hal tersebut merupakan analisa yang dapat dan harus digunakan desainer untuk memahami bagaimana desain terintegrasi dengan iklim lokal dan fitur iklim mikro khusus untuk site bangunan.10 Lakukan beberapa iterasi.
Jika pada awalnya sebuah desain tidak berhasil, maka perlu dilakukan evaluasi dan pembuatan alternatif. Ini akan membawa desain melewati beberapa fase pra-desain atau desain skematis untuk menguji penggunaan energi serendah mungkin, dioptimalkan secara spesifik untuk satu bangunan.Namun tentunya lebih baik menghabiskan lebih banyak waktu di fase awal desain untuk memodelkan proyek dengan harga jauh lebih murah daripada membuat perubahan di lapangan atau nanti dalam proses konstruksi.
Demikianlah 10 Langkah Mendesain Arsitektur yang Responsif terhadap Iklim. Inilah yang menjadi pertimbangan mengapa desain arsitektur ramah lingkungan memiliki nilai lebih baik daripada sekedar desain yang bisa dibangun.